Kamis, 24 Januari 2013

Jadilah Terang Atas Kegelapan

Seorang murid terisak di depan Gurunya.

"Guru, aku rapuh, hidupku tak berguna. Laksana daki aku hanya mengotori. Laksana pohon, batang dan dahanku merapuh mati. Aku ingin bunuh diri!"

Sang Guru diam duduk bersila menikmati segelas kopi tubruk nan nikmat di sebuah ruangan yang temaram. Tak seberapa lama ia bangkit mengambil akuarium kecil di sudut ruangan yang berisi dua ekor ikan. Satu ekor berwarna keemasan dan seekor ikan putih yang terlihat biasa karena ikan tersebut memang ikan yang biasa hidup di persawahan.

Lalu dituangkan beberapa tetes tinta hitam kedalamnya. Air berubah warna menjadi pekat dan hitam. Ikan kecil itu perlahan mulai terlihat kebingungan. Bahkan ikan yang keemasan terlihat sempoyongan. Berjalan kehilangan arah. Menggelepar kehabisan oksigen. Hingga akhirnya pingsan.

"Muridku, hati dan pikiranmu adalah laksana ikan dalam air hitam ini. Gelap, pengap, sempit, menyesakan. Ketika dalam gelap dunia terasa sejengkal lebarnya. Ketika dalam pengap serasa hidup tak berdaya, tanpa pilihan. Ketika pikiran sempit, hati kita tumpul. Jiwa kita merapuh."

Dengan perlahan Sang Guru mengambil teko besar berisi air putih jernih. Dituangkannya ke dalam akuarium yang berwarna hitam itu. Pelan tapi pasti warna hitam air tersebut terus memudar. Air terus dituang bahkan hingga air meluap dari akuarium. Terus dituang hingga air di dalam akuarium menjadi kembali jernih dan bening. Menyisakan ikan putih yang kembali segar berenang dengan riangnya.

"Muridku, penuhi jiwa dan hatimu dengan kebaikan dan limpahilah dengan syukur. Lupakan segala kesulitan, kemalangan, kegelapan yang ada. Syukurilah kemudahan yang ada. Fokuslah pada kelapangan, bukan pada kesempitan. Hitunglah keberuntungan dan lupakanlah kemalangan. Limpahkanlah perasaan syukurmu dengan menebar kebaikan ke sekitarmu. Penuhi hatimu dengan perasaan syukur maka perlahan hatimu terpenuhi syukur.

Murid bertanya, "Guru, aku sulit merasakan syukur."

Sang Guru menjawab, "Cukup perbanyak berbuat kebaikan maka hatimu akan belajar bersyukur."

"Guru, aku lemah dan tidak bisa bersabar."

Sang Guru menjawab, "Jadilah ikan sawah yang diasah oleh kesulitan hidup dan menjadikan setiap kesulitan hidup adalah bagian dari proses menuju keberhasilan."

"Guru, aku masih dalam kegelapan."

Sang Guru menjawab, "Jadilah cahaya! Sekecil apa pun, jadilah cahaya bagi sekitarmu. Tebarkanlah kebaikan, maka perlahan kegelapanmu akan sirna, karena kamu sudah menjadi cahaya."

Jadilah cahaya terang di-tengah kegelapan.

http://intisari-online.com/read/jadilah-terang-atas-kegelapan

Rabu, 23 Januari 2013

Kepuasan dan Penderitaan

“Mengapa orang tidak bahagia? Karena mereka mendapatkan kepuasan yang janggal dari penderitaan mereka,” kata Sang Guru.

Ia menceritakan bagaimana ketika suatu kali ia berada di tempat tidur bagian atas di sebuah kereta api, pada suatu malam. Ia tidak bisa tidur, karena dari tempat tidur bawah seorang wanita terus-menerus mengeluh, “Oh, betapa hausnya saya…. Aduh, betapa hausnya saya.”

Terus-menerus suara keluhan itu terdengar. Akhirnya, Sang Guru turun ke bawah, berjalan melalui gang sepanjang kereta api, mengisi dua cangkir besar dengan air, membawanya, dan memberikannya kepada wanita malang itu.

“Bu, ini ada air.”

“Oh, baik sekali Anda. Terima kasih.”

Sang Guru kembali ke tempat tidur. Ia menyamankan badannya dan ketika hampir pulas dari bawah terdengar lagi suara keluhan, “Oh, betapa hausnya saya tadi…. Aduh, betapa hausnya tadi.” (Berbasa-basi Sejenak)

http://intisari-online.com/read/kepuasan-dan-penderitaan

Selasa, 15 Januari 2013

Lakukan dengan Cara Yang Berbeda

Beberapa ekor lalat tampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Tiba-tiba anak pemilik rumah keluar tanpa menutup kembali pintu rumah. Lalu tampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu. Kini saatnya menikmati makanan segar," katanya. Setelah kenyang si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk. Namun ternyata pintu kaca itu telah tertutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan - kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca. Sesekali melompat dan menerjang kaca itu. Dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap menggelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak balik. Demikian terus dan terus berulang-ulang.

Hari makin petang dan si lalat itu tampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya lalat itu tergeletak lemas terkapar di lantai. Tidak jauh dari tempat itu serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makanan. Ketika menjumpai lalat yang tidak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Mereka pun beramai-ramai membawa bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua. "Ada apa dengan lalat ini Pak? Mengapa dia sekarat?"

"Oh itu sering terjadi. Ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha. Dia sungguh-sungguh telah berjuang keras, berusaha keluar dari pintu kaca itu. Akan tetapi ketika tidak menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan. Akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita."

Semut kecil itu masih penasaran dan bertanya lagi. "Aku masih tidak mengerti. Bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan membawa bangkai lalat, semut tua itu menjawab. "Memang, lalat itu tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali. Hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama."

Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya. Namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius. "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama namun mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda." (Patut Anda Ketahui)

http://intisari-online.com/read/lakukan-dengan-cara-yang-berbeda